Kamis, 21 April 2022

Peduli dan Berbagi

Hanya dengan iuran konsisten 80 ribu/tahun, BKSY mengajak umat untuk berlatih berbelarasa. Nominal tersebut bukanlah nominal yang besar, namun akan sangat berdampak jika kita semua bersama-sama berbelarasa. 

 

Rabu, 29 Oktober 2014

buat apa harus menghapus memori otak untuk satu orang? sebab masih banyak hal2 lain yang luar biasa yang masih dapat kita syukuri. banyak kenangan yang terjadi dalam hidup ini. semua memberikan pelajarannya sendiri-sendiri dan semua berperan untuk menguatkan kita. melatih kita untuk dapat tegak berjalan, melatih kita untuk bangkit ketika kita jatuh dan melatih kita untuk terus tetap berjuang. so sangat tidak fair jika kita mengorbankan semua untuk dihapus agar kenangan tentang satu orang atau satu hal juga terhapus. ini pula yang kadang membuat cinta dikatan tidak ada logika. ya tidak ada logika karena mereka yang merasakannya terlalu terlarut sehingga mereka lupa bahwa mereka punya duninya sendiri. hidupilah hidup ini dan syukuri yang terjadi. Tuhan memberkati.

Jumat, 14 Maret 2014

menjadi kuat

untuk menjadi kuat dan dewasa, seseorang harus belajar dan kadang tersakiti karena pilihannya tersebut. ternyata benar ketika seseorang berkata, menjadi dewasa itu tidak mudah, karena dewasa menuntut pemikiran yang dewasa pula. butuh banyak pengorbanan dan rasa sakit yang ada menjadi warna-warni dari perjuangan tersebut. demikian untuk menjadi kuat, terkadang menahan perih mau tak mau juga terjadi.

dalam sebuah keputusan harus ada yang kuat, meski harus sakit dan perih karenanya. semoga hal ini tak mempengaruhi terlalu dalam studiku yang dulu sempat terjun bebas.

Selasa, 07 Mei 2013

Merdeka

    Ada banyak kata dalam kehidupan ini, namun ada banyak pula yang tak mudah untuk ditelaah. Salah satunya ialah kata merdeka. Dalam permenunganku merdeka tentunya bukan sekedar terbatas dari bebas peraturan. Merdeka merupakan suatu anugerah. Namun juga hasil dari perjuangan diri untuk mewujudkannya. Merdeka bukan sekedar terbiasa. Terbiasa dengan suatu hal sehingga saat melaksanakannya seperti robot yang otomatis berjalan ketika ditekan tombol on. Bagiku kemerdekaan murni itu tak ada. Kemerdekaan itu tergantung dari otoritas yang ada dalam dirinya.
    Dalam rekoleksi bulan ini, kemerdekaan menjadi suatu ulasan yang menarik. Satu hal yang dapat mencerminkan apakah orang itu merdeka atau tidak ialah sukacita. Mereka yang melakukan sesuatu dengan sukacita meski itu berlainan dengan kehendak hati itulah kemerdekaan. Merdeka untuk dapat memilih dan mengambilnya sebagai bagian dari diriku. Kemerdekaan merupakan proses terus menerus dan terus dimurnikan melalui kesadaran diri. Dari rekoleksi ini aku menjadi disadarkan bahwa kemerdekaan bukanlah sesuatu yang simple atau semudah membalikkan tangan. Ternyata untuk mengartikan sebuah kemerdekaan membutuhkan kejernihan, sebab merdeka bukan semata-mata seenaknya sendiri.
    Apakah aku merdeka? Rasanya ini terlalu umum karena merdeka itu sendiri luas. Merdeka dalam hal apa dulu? Dalam memilih jalan panggilan ini? Untuk ini saya akan menjawab ya. Saya merasa merdeka dalam memilih pilihan ini. Namun apakah seluruh kegiatan yang saya  alami saya melaksanakannya dengan merdeka? Dengan jujur saya berkata tidak. Tidak selalu apa yang saya kulakukan itu dengan kemerdekaan murni. Dalam hidup ini, apalagi aku yang hidup dalam sebuah komunitas. Kemerdekaan tak lepas dari tanggungjawab. Rasanya hal itu seperti koin yang memiliki dua sisi. Selalu ada bersama dan tak dapat dihindari.
    Untuk hal ini rasanya sebuah tugas untukku. Tugas yang mungkin takkan berakhir. Sebab hal ini adalah adalah pembelajaran yang takkan pernah habis. Memperdalam, inilah yang terus selalu saya lakukan. Mengapa hal itu perlu dilakukan? Sebab bagiku pribadi mengartikan kemerdekaan tak pelak aku pun terjatuh pada seenaknya pribadi. Dan jika itu terjadi memang bagi aku pribadi aku merasa senang. Namun apa yang saya rasa belum tentu dengan yang dirasa oleh orang lain. Bisa saja saya senang, namun orang lain malah jengkel dan tidak merasa baik atau bahkan menjadi bencana.
    Kedewasaan!!! Inilah yang penting dalam sebuah kemerdekaan. Dalam kehidupanku bersama dengan teman-teman angkatan kedewasaan dan kesadaran amat penting. Hidupku tidaklah sendiri, namun bersama dan dalam kebersamaan inilah tanggung jawab menjadi lebih besar. Saya rasa Yesuspun demikian. Karena Ia merasa bertanggung jawab terhadap umatnya maka meski apa yang terjadi tidak sesuai dengan kehendak hati Ia tetap melaksanakannya. Mau menanggung resiko inilah wujud dari sebuah kedewasaan.

Senin, 06 Mei 2013

bebas

hari ini, terpaku sejenak di kursi kamar yang senantiasa menantiku untuk duduk. tahu tidak? tenyata duduk sebentar untuk beristirahat membuat seseorang mendapatkan inspirasi. siapa contohnya? contohnya saya saja biar gampang....

satu hal yang kutakutkan ialah saat ingin memulai sebuah tulisan. rasanya beban banget. banyak ketakutan yang menggelayuti. takut salah, takut dinilai buruk, takut macem-macem yang kadang gak masuk akal. tapi saat keberanian menulis itu muncul maka yang ada adalah menggila. ternyata dari hal yang menakutkan ini aku memahami arti kemerdekaan.

kemerdekaan ialah saat lepas dari cengkraman rasa takut saat akan memulai sesuatu. take it slow. dari menulis, paling gak buat diri sendiri, aku tahu, aku bisa bebas. terserah apa yang aku tulis, toh buat diri sendiri. meluapkan apa yang ada di kepala sehingga gak mbeban n buat stroke. so, jangan takut untuk memulai dan jangan khawatir untuk bagaimana mengakhiri.......

Jumat, 03 Mei 2013

masih ingatkah???


Sore yang indah, inilah pikiran spontan yang muncul saat kulihat langit dari jendela. Sejenak ku berhenti dari aktivitasku dan mencoba menikmati indahnya sore ini. aku tak mau melewatkan saat berharga ini, saat sejenak sebelum siang berganti malam. Mungkin ini yang dinamakan senja. Ya, senja yang banyak sekali diburu untuk diabadikan atau hanya dipandang dinikmati keindahannya. Anggapan umum selalu mengidentifikasikan senja dengan pantai. Berbondong-bondong pantai selalu dipenuhi oleh orang-orang saat senja mulai tampak. Sayangnya, aku jauh dari laut maupun pantai dan yang dapat aku lakukan hanyalah mencari kursi,duduk memandangi langit.
                Aku tak dapat melihat matahari terbenam,mendengar deburan ombak, merasakan semilirnya angin pantai dan basahnya pasir yang terkena air laut. Aku hanya dapat melihat gumpalan awan berwarna violet di padu dengan warna jingga serta biru muda pudar. Rasanya sungguh indah, meski tak seindah senja yang pernah kau ceritakan. Dari tempatku duduk aku melihat kendaraan yang mulai ramai memadati jalanan dengan lampu menyala sebagai penerang. Deru mobil dan motor saling berpacu tak mau kalah berharap segera sampai tempat yang dituju.
                Senja hanyalah jeda singkat sesaat sebelum gelap mulai menyelimuti. Di langit kini warna-warna indah itu sudah menghilang, burung-burung camar sudah digantikan oleh kelelawar yang beterbangan. Suara orkestra jangkrik pun mulai bersuara mengusir sepinya malam. Disini aku masih menunggu hadirnya bintang, sebuah bintang yang bersinar menghiasi gelapnya malam. Sejenak aku berfikir,”bukankah setiap bintang itu sama??”. Ya, mereka sama-sama hadir untuk menghiasi malam. Namun layaknya manusia, mereka hadir dan antara satu dengan yang lainnya memiliki sesuatu yang berbeda.
                Menunggu benar-benar sesuatu yang menggemaskan, bulan sudah mulai tampak dengan sinar kemerah-merahan dan bintang-bintang lain sudah bersinar. Namun bintang yang kunanti belum juga nampak. Aku masih belum berputus asa, meskipun aku harus pergi dari tempatku duduk, aku juga tak mau semua terbuang sia-sia. Namun sebelumnya aku masih tetap menaruh harapan bahwa aku dapat melihatmu kembali menghiasi malamku yang sepi.